"Selamat Datang di Weblog .::Mari kita mencintai dunia Photography...membingkai sejarah...membingkai kejadian disekeliling kita... … Let’s go green now !!!! Cintai & Selamatkan TNK, kalau bukan kita yang peduli siapa lagi...| Dan Terima Kasih Atas atas kunjungan anda

Selasa, 12 Januari 2010

“…kkkrriiiinnngggg…”

Jarum jam tepat di angka 05.30 pagi itu 10 januari 2010 ketika jam weker yang ku setting malam tadi bordering kuat mengusik mimpiku pagi itu, rasanya tubuh dan mata masih ingin berselimut rapat (maklum udara agak dingin dan semalam habis nonton bola di Stadion Mulawarman…. He he he).
Teringat agenda pagi itu untuk melakukan penjelajahan hutan bersama tim Rally Photo TNK, spiritku langsung beranjak naik ke ubun-ubun. Dalam sekejap mata tubuhku telah berada dibawah shower kamar mandi bercat putih untuk mengusir jauh rasa kantuk yang masih menggoda.
Bunyi derum mobil seorang kawan dihalaman depan rumah yang datang menghampiri menambah semangat untuk segera sampai di lokasi Rally Photo dan tepat jam 06.13 kami meluncur ke Sangkima.


Tiba dilokasi ternyata beberapa panitia telah siap menyambut peserta dan setelah menunggu serta menyelesaikan beberapa administrasi serta pembagian bekal air mineral kami akhirnya mulai menapaki jembatan kayu ulin sepanjang 800 meter sebagai gerbang Taman Nasional Kutai atau bisa disingkat TNK.
Secara administrasi TNK yang memiliki lahan total seluas 198.629 ha memiliki kantor atau balai pengelola TNK berada di Kota Bontang. Namun seiring masuk tahun 2000-an, wilayah TNK ini mulai dirambah penduduk untuk dijadikan pemukiman dan lahan perkebunan sehingga wilayah TNK yang masih benar-benar asli mungkin sudah jauh dibawah lahan yang seluas 198.629 ha pada akhir tahun 1990-an.


Sekitar 20 meter kami melangkah dari gerbang, terdapat sebuah gazebo atau lebih tepatnya gubuk yang disediakan sebagai tempat berteduh wisatawan yang berkunjung ke TNK. Diselingi pemandangan teduh pepohonan rimbun dan menjulang seperti bayur, ulin, meranti, bengkuring, tebu ireng serta pohon-pohon yang baru kutemui. Aroma kelembaban yang kental terasa ketika kaki melangkah masuk ke dalam hutan TNK, rasa tak sabar untuk mengabadikan roll pagi yang biasa menyisip disela rimbun hutan membuat mata jelalatan, lensa kameraku melotot girang untuk merekam bingkai keindahan TNK secara utuh dan otak ku secara otomatis membingkai kenangan dalam ingatan.

Dingin menyusup dipori-pori tapi tak menyurutkan nyali adrenalin yang mulai naik untuk menjelajah lebih dalam lagi, hanya dalam hitungan langkah tersaji pemandangan menyejukkan dalam hutan yang lembab lengkap dengan berbagai flora dan faunanya, jamur–jamur serta lumut yang tumbuh subur, beberapa serangga dan nyamuk hutan pun tersenyum menyambut salam damai tim rally Photo kami.


Eksotisme khas hutan menjulang ke angkasa dan keindahan TNK yang tersuguh secara anggun mengundang rasa takjub yang berbau ngeri membayangi andaikata secara tak terduga ada buaya atau ular besar menghampiri. Alhasil sebagai pengusir rasa takut kami bulatkan nyali untuk terus masuk kedalam hutan dengan diselingi senda gurau sesama peserta rally kami .
Sungguh merupakan suatu anugerah yang patut disyukuri dan dilestarikan keberadaannya sehingga kelak anak-cucu generasi penerus kita bisa turut menikmati kesejukan dan keindahaan hutan yang secara geografis berada di 0o7’54” - 0o33’53” LU dan 116o58’48” - 117o35’29” BT, sedangkan secara administrasi pemerintahan, kawasan dengan luas 198.629 ha ini terletak di Kabupaten Kutai Timur (± 80%), Kabupaten Kutai Kartanegara ( ±17,48%) dan Kota Bontang.

Berdasarkan peta geologi Kalimantan Timur, formasi geologi kawasan ini sebagian besar meliputi tiga bagian, yaitu:
• Bagian pantai terdiri dari batuan sedimen alluvial induk dan terumbu karang
• Bagian tengah terdiri dari batuan miosen ata
• Bagian barat terdiri dari batuan sedimen bawah.

Waktu berjalan dengan sangat cepat, keasyikan kami mengabadikan setiap detail dari hutan ini telah membawa kami ke penghujung jembatan kayu ulin sebelum memasuki jalan setapak lembab dan becek, tepat dibawah sebuah pohon ulin raksasa yang konon telah berumur ratusan tahun itu jembatan kayu berakhir,.
Takjub rasanya menatap tak percaya bias berhadapan dengan pohon Kayu Kalimantan raksasa!! demikian sebutan orang pada umumnya sebagai panggilan lain nama pohon Kayu Ulin ini, pohon ulin dengan diameter sekitar 2.5 meter ini konon memerlukan 7 orang untuk bisa merangkul utuh keseluruhan pohon, usia yang tak lagi muda tergambar dari beberapa tanaman liar yang merambat kuat dan melilit seolah-olah menjadi ikat pinggang pemanis dari pangkal pohon hingga beberapa meter ke atasnya, titik-titik keropos telah terlihat namun kekokohannya jelas masih nyata. Kerindangan pohon ini seolah meyakinkan kami bahwa masih banyak flora dan fauna bersimbiosis mutualisme dalam pohon ini sebagai bagian dari ekosistem TNK yang layak dibanggakan.

Beberapa meter melangkah terdengar suara berisik dari luar jalur rally, saat dicari terlihat sekelebat orang utan yang melompat dari satu pohon ke pohon yang lain untuk mencari perlindungan diri dan sayangnya tak sempat kameraku mengabadikan moment langka ini. Ingin rasanya kuberi tahu bahwa kami bukan pemburu dan perusak, kami hanya ingin berkenalan dan mengabadikan rumahmu yang konon makin menyempit akibat ulah bagian ekosistem mu yang bernama manusia.
“Lebih mementingkan rumah orang utan atau rumah orang beneran” demikian masih terngiang dalam ingatanku selentingan yang acapkali meluncur dari bibir para perampas rumah lestarimu.

Adrenalin kembali terpacu ketika jalan setapak licin itu bermuara pada sebuah jembatan kayu yang reot dan kuliat beberapa rekan sedang bergelantungan sambil sesekali menjerit takut karena jembatan itu mengayun tenggelam ke dalam sungai lote yang keruh. Suasana sedikit mencair ketika seorang peserta yang berbadan tegap besar nampak percaya diri menyeberang, ketika kami sedang menanti giliran tiba-tiba….bbbrrrootttt…terdengar suara dari tengah jembatan yang disambut sahutan peserta lain yang berdimensi lebar sepertinya lagi grogi juga “mas, yang ngomong mulutnya saja!!! Ha ha ha….” Rupanya si mas yang gagah itu masuk angin.
Setelah menyimpan perlengkapan penjelajahan, melepas sepatu dan kaos kaki, kuberanikan diri melangkah diatas jembatan reot itu, sempat terbersit ngeri dalam hati jika tiba-tiba buaya asli mencaplok kakiku gimana ya? Atau karena grogi bisa jadi aku kayak si mas tadi hehehe…Sudah lah, kepalang tanggung apapun yang terjadi maju terus pantang mundur!!

Jalan setapak kembali kami terulusuri dalam hutan yang luasnya membentang di sepanjang garis khatulistiwa mulai dari pantai Selat Makassar sebagai batas bagian timur menuju arah daratan sepanjang kurang dari 65 km ini. Dan kembali kami disuguhi sebuah jembatan Shaolin namanya (kok bisa begitu ya…), setelah absen di pos kami menanjak naik hingga mencapai pos berikutnya yang berada dipuncak bukit. Suara burung enggang yang menyapa membuat peserta girang, yah meskipun bentuk dan rupanya tak nampak (burungnya malu-malu, tapi mau kali ya…).
Penjelajahan terasa semakin seru ketika mau tidak mau kami harus menyeberangi sungai melalui dua jembatan sling, jembatan berbentuk huruf V dengan satu tali dibawah sebagai pijakan dan dua tali setinggi pinggang sebagai pegangan. Cerita seru terjadi ketika seorang photographer nekat menerobos semak yang ada dibawah jembatan, sedangkan si asisten sekaligus modelnya melalui jembatan sling, tiba ditengah jembatan si model berpose dengan payung yang dikembangkan. Kontan, pemandangan ini mengundang gelak tawa peserta rally lain. Dasar orang gila, ono-ono wae!!

Kebingungan baru terasa ketika kami memasukin hutan bambu dan jalan itu putus, tidak ada petunjuk jalan dari panitia setelah tengok kanan-kiri terlihat didepan kami terowongan bekas reruntuhan bambu setinggi paha, dan tiba-tba rekan kami nyeletuk “mbak, tadi malem dibilangin sama panitia katanya ada terowongan bambu yang melengkung kayak dipengantin kita disuruh masuk??”
Yaelah, kalau kayak gini sih jauh dari terowongan pengantin yang tinggi yang anggun, lawong untuk melewatinya saja kita harus merangkak!!
Keluar dari terowongan “pengantin” bukan berarti habis rintangan, tim rally langsung disuguhi medan turun yang curam, licin dan tidak ada pegangan yang memaksa kami mencengkeram sepatu akan tidak terpeleset dan terpental ke bawah.

Tujuh Putri, semula ketika sekilas kubaca dalam peta yang dibagi oleh panitia kukira adalah lokasi dimana para model disiapkan untuk menambah suasana rally jadi menarik. Ternyata eh ternyata, tujuh putri adalah nama sebuah mata air dengan air terjun mini tingkat tujuh. Bentuknya yang unik tak ubahnya sebuah “gerojogan” kalau orang Jawa bilang, keberadaannya cukup menambah kesejukan dihutan Tropis ini.
Terlebih ketika kuingat ada mangga masak yang membuat body pack-ku jadi tambah berat (hahaha…padahal Cuma 1 biji), akhirnya sebagai pelepas dahaga kukupas dan dibagi 3 dengan peserta lain. Rasa manggaku yang manis karena masak dipohon sedikit ternoda dengan adanya suara…bbrroott…yang kembali menyeruak diantara rimbunnya hutan dan ketika kutengok untuk mencari sumber suara, ahhaaa…ternyata orang yang sama, si mas baju kuning lagi “please deh mas baju kuning, kalau dideket orang yang baru dikenal aja kayak gitu gimana kalau dirumah ya,,,” tanyaku dalam hati.

Keletihan sedikit terobati khususnya buat kaum adam ketika seorang model cantik berambut panjang berpose aduhai dibawah naungan sebuah rumah pohon setinggi 20 meter, imajinasiku langsung teringat film-film dokumenter kekayaan alam belahan Afrika. Alangkah asyiknya jika menara kita ini juga berfungsi sebagai teropong bantu mengamati tingkah polah binatang-binatang yang tentu menambah khasanah fantasi, sayang aku segera terbangun dari lamunan bisuku tak ada tanda-tanda orang utan, burung enggang, beruang, beruk, bekantan dan hewan-hewan khas Kalimantan lainnya. Kemana kalian semua menepi wahai tetanggaku?
Dan akupun teringat ketika mendekati Balai TNK banyak sekali dikanan-kiri jalan, lahan-lahan kebun dan pemukiman masyakarat yang seolah-olah bertinju ronde demi ronde membatasi ruang gerak kalian menuju kepunahan, akan kah kalian nantinya tinggal legenda bagi generasi masa depan?
Saya yakin inilah esensi “cintai dan selamatkan Taman Nasional Kutai” adventure rally photo TNK 2010 ini, semoga berbagai problematika konservasi TNK seperti : pembukaan lahan dilahan konservasi baik itu untuk pemukiman ataupun pertanian yang biasanya melalui pembakaran hutan, penebangan hutan, keterbatasan balai konservasi baik dari segi jumlah petugas, peralatan maupun teknologi konservasi dapat membuka wacana semua pihak yang terkait pemerintah termasuk masyarakat sekitar untuk sadar akan peranan hutan yang berlabel nasional ini sebagai asset Negara yang bermanfaat nyata mencegah terjadinya banjir, longsor, sebagi filter kontaminasi air laut, penyuply oksigen dan lain sebagainya.
Bagaimana TNK sekarang dan akan datang ada ditangan kita sekalian, kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi!
“….miring, miring…” jeprett !!
“….senyum kurang natural…” jeprett!!
“…mas, kameranya ngalangin aku…” jeprett !!
Demikianlah suasana sesi pemotretan model fotografi berlangsung seru dan heboh bagaikan penyejuk kelelahan rute sebelumnya, setelah hasrat petualang sebagai photographer terpenuhi dan puas mengarahkan lensa kamera untuk berbagai pose, kami pun melanjutkan perjalanan hingga mencapai sebuah jembatan kayu ulin buntung yang membelah sebuah sungai eksotis berwarna coklat.

Saking asyiknya mengeksplorasi keindahan TNK, hingga ku berpikir bahwa rute perjalanan masih panjang andai saja tidak terdengar deru mobil dan motor yang melintas sebagai pertanda jalan raya tak jauh dari lokasi kami melangkah dan dugaan kami diyakinkan oleh Seorang petugas TNK yang kebetulan melintas disamping kami.
Perjalanan berakhir ketika jalan setapak kembali mempertemukan kami pada sebuah gubuk yang pertama kami temui diawal tadi.
Sayup-sayup terdengar suara tawa dan canda kerumunan orang, dan cihuy….bahagia rasanya sebagai salah satu peserta putri saya berhasil mencapai garis finish dengan selamat dan membawa berjuta kenangan, kebanggaan, dan semangat untuk melestarikan hutan dan bumi untuk masa kini dan masa depan.

Safe and love our forest with go green spirit!!


Tulisan dan photo oleh : Arifah “Ipey” Priestiwi Tjokrohardjo

Selasa, 05 Januari 2010

  ©Template by Dicas Blogger. Edit by IPEY